Tradisi Ramadhan dan Idul Fitri di Kepulauan Riau: Dari Tepuk Tepung Tawar hingga Nyembah Belari

Tradisi Ramadhan dan Idul Fitri di Kepulauan Riau: Dari Tepuk Tepung Tawar hingga Nyembah Belari

BATAM – Bulan Ramadhan segera berakhir. Kepulauan Riau, daerah yang identik dengan budaya Melayu dan mayoritas penduduknya beragama Islam memiliki sejumlah tradisi pada bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri

Di Kepri, berbagai tradisi menyambut Ramadhan telah mulai dilakukan sejak bulan Sya’ban. Beberapa di antaranya masih lestari hingga kini dan menjadi bagian dari kekayaan budaya masyarakat setempat.

1. Tepuk Tepung Tawar

Tepuk Tepung Tawar adalah tradisi khas Melayu sebagai bentuk syukur atas keberhasilan atau acara penting. Ritual ini dilakukan dengan menaburkan ramuan seperti beras putih dan kuning serta membaca doa-doa untuk keselamatan dan kebahagiaan.

Menjelang Ramadhan, beberapa masyarakat di Kepri masih melaksanakan Tepuk Tepung Tawar di rumah masing-masing sebagai bentuk harapan agar pelaksanaan ibadah puasa berjalan lancar dan penuh berkah.

Baca juga: Pesona Pantai Glory Melur: Destinasi Libur Lebaran 2025 di Batam yang Wajib Dikunjungi

2. Kenduri Ruah

Tradisi Ramadhan dan Idul Fitri di Kepulauan Riau: Dari Tepuk Tepung Tawar hingga Nyembah Belari
Kenduri Ruah atau dikenal juga dengan Kenduri Arwah, mendoakan orang atau keluarga yang telah meninggal (disbudpar kepri)

Kenduri Ruah atau pembacaan Yasin dan Tahlil Jamak adalah tradisi yang dilakukan di Pulau Penyengat, Tanjungpinang, serta daerah lain di Kepulauan Riau.

Acara ini dilaksanakan pada bulan Sya’ban, berisi doa dan dzikir bersama untuk almarhum keluarga serta umat Muslim yang telah wafat.

Jika dulu Kenduri Ruah dilakukan dari rumah ke rumah selama dua hingga tiga minggu sebelum Ramadhan, kini banyak masjid yang menggelar acara ini secara massal agar lebih banyak masyarakat bisa berpartisipasi.

Biasanya, warga menyumbangkan makanan dan minuman yang kemudian disantap bersama setelah acara doa. Tradisi ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus bentuk persiapan spiritual menjelang bulan suci.

Baca juga: Mudik Lebaran 2025: ASDP Batam Tambah Armada untuk Antisipasi Lonjakan Penumpang

3. Ziarah Kubur

Sehari sebelum Ramadhan tiba, masyarakat Kepulauan Riau berbondong-bondong mengunjungi makam keluarga. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan mendoakan mereka sebelum memasuki bulan penuh berkah.

Ziarah kubur juga menjadi momen refleksi bagi masyarakat agar lebih mempersiapkan diri dalam menjalani ibadah puasa dengan penuh keikhlasan.

4. Jalan-Jalan Petang

Di banyak daerah di Indonesia, ada kebiasaan berburu takjil atau sekadar berjalan-jalan sore sambil menunggu waktu berbuka puasa, yang dikenal sebagai “Ngabuburit.” Namun, di Kepulauan Riau, tradisi ini disebut “Jalan-Jalan Petang.”

Masyarakat biasanya keluar rumah untuk menikmati suasana sore sambil mencari makanan berbuka di pasar takjil. Meski istilahnya kini mulai tergeser oleh “Ngabuburit,” konsep dan maknanya tetap sama: menghabiskan waktu sebelum berbuka dengan cara yang menyenangkan.

Baca juga: 5 Destinasi Wisata Favorit di Batam Selama Libur Lebaran 2025

5. Malam Tujuh Likur

Tradisi yang masih lestari di Kabupaten Karimun adalah Malam Tujuh Likur, yang jatuh pada malam ke-27 Ramadhan.

Pada malam ini, masyarakat memasang lampu pelita berbahan bakar minyak di halaman rumah dan sepanjang jalan desa. Cahaya lampu yang berjejer menciptakan suasana yang indah dan meriah, sekaligus menjadi tanda bahwa hari kemenangan semakin dekat.

6. Nyembah Belari

Salah satu tradisi unik yang masih dilestarikan di Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan, adalah Nyembah Belari, yang dilakukan setiap Idul Fitri.

Setelah sholat Idul Fitri, anak-anak berkumpul di ujung kampung dengan membawa tas atau kantong. Mereka lalu berlari dari satu rumah ke rumah lainnya untuk sungkem atau bersalaman dengan orang yang lebih tua.

Sebagai balasannya, orang tua memberikan uang lebaran, permen, atau coklat. Dengan bentuk perkampungan yang masih terbuka dan rumah-rumah yang berdempetan, tradisi ini menjadi sangat menyenangkan bagi anak-anak.

Melestarikan Tradisi Ramadhan

Dengan tetap menjaga tradisi ini, masyarakat Kepulauan Riau berharap bulan suci Ramadhan akan selalu disambut dengan semangat dan kebersamaan. Selain memperkuat keimanan, tradisi ini juga mempererat tali silaturahmi di antara sesama.

Dari Tepuk Tepung Tawar hingga Nyembah Belari, setiap tradisi membawa makna tersendiri dalam menyambut bulan penuh berkah ini. (dr)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *